Banner Backlink Media

Dojo, Cortex, dan Mimpi Full Self Driving Elon Musk

Dojo, Cortex, dan Mimpi Full Self Driving Elon Musk
Banner Press Release

Elon Musk selalu punya kebiasaan melontarkan ide-ide bombastis yang membuat dunia ternganga. Dari mobil listrik yang bisa ngebut lebih cepat dari supercar, roket yang bisa mendarat sendiri, hingga kini—Dojo dan Cortex, dua superkomputer yang konon akan membawa Tesla ke era kendaraan tanpa sopir. Tapi benarkah ini visi masa depan atau hanya strategi marketing Elon Musk yang pintar?

Apa Itu Dojo? Nama yang Sekilas Mirip Nama Gym Karate

Nama “Dojo” memang terdengar seperti tempat latihan karate, tapi dalam dunia Tesla, ini adalah superkomputer yang dirancang khusus untuk melatih jaringan saraf buatan (neural networks) yang mendukung teknologi Full Self-Driving (FSD).

Dalam bahasa sederhana, Dojo bekerja layaknya pelatih yang memberi latihan intensif pada AI agar semakin jago mengenali objek, membuat keputusan, dan menghindari potensi kecelakaan. Jadi, alih-alih mengandalkan kombinasi sensor lidar dan radar seperti yang dilakukan Waymo, Tesla lebih memilih pendekatan “mata manusia”—semua berbasis kamera.

Tapi di sinilah letak masalahnya. Bisakah AI benar-benar hanya mengandalkan kamera untuk memahami dunia sekitarnya? Atau ini cuma obsesi Musk yang ingin membuktikan kalau Tesla bisa melawan tren industri?

Banner Backlink Media

Cortex: Reinkarnasi Dojo atau Sekadar Rebranding?

Di tengah riuhnya pembicaraan soal Dojo, Musk tiba-tiba memperkenalkan Cortex, supercluster AI yang katanya lebih canggih, lebih besar, dan lebih mampu dalam “memecahkan AI dunia nyata”. Wait, bukannya ini tugasnya Dojo?

Di sinilah keanehan terjadi. Tesla tidak lagi membahas Dojo seperti sebelumnya. Seolah-olah proyek ini mengalami stagnasi dan perlu “penyegaran merek” agar tetap menarik. Sebuah strategi klasik: ketika sesuatu tidak berjalan sesuai ekspektasi, ganti nama dan jual ulang sebagai sesuatu yang baru dan lebih keren.

Baca Juga:  Asuransi Kucing: Investasi Cerdas atau Hanya Gaya-gayaan?

Tapi ini bukan pertama kalinya Musk melakukan hal serupa. Ingat Hyperloop? Atau Neuralink yang katanya bakal bisa membaca pikiran manusia? Banyak janji yang dibuat, tetapi realisasi sering kali jauh di belakang hype.

Superkomputer atau Mesin Penguras Duit?

Membangun superkomputer semacam Dojo atau Cortex membutuhkan dana yang sangat besar. Tak heran kalau Tesla terus menghabiskan miliaran dolar untuk proyek ini. Tapi, mari kita lihat kenyataan:

  • Nvidia masih lebih unggul. Hingga kini, Tesla masih bergantung pada GPU Nvidia untuk melatih AI mereka. Bahkan Dojo belum mampu menyaingi performa chip A100 milik Nvidia.
  • Makin banyak data bukan berarti makin cerdas. Mengumpulkan miliaran mil rekaman dari kamera Tesla bukan jaminan FSD akan mencapai Level 5 (sepenuhnya otonom). Tanpa sensor tambahan, AI hanya akan belajar dari keterbatasan yang ada.
  • Apakah ini efisien? Saat dunia AI beralih ke model yang lebih hemat daya dan efisien, Tesla malah membuat superkomputer raksasa yang membutuhkan daya besar dan infrastruktur kompleks.

Mitos Mobil Otonom: Kapan Benar-Benar Tercapai?

Sejak 2016, Musk berulang kali mengklaim bahwa mobil Tesla akan mampu menyetir sendiri sepenuhnya “dalam setahun ke depan”. Tahun demi tahun berlalu, dan kita masih melihat pengemudi Tesla tetap harus waspada.

Banner Backlink Media

Di sisi lain, perusahaan seperti Waymo dan Cruise sudah menjalankan layanan taksi otonom di beberapa kota. Tentu ada keterbatasan, tapi setidaknya mereka sudah mencapai Level 4, sementara Tesla masih berkutat di Level 2+.

Jadi, apakah Dojo dan Cortex benar-benar akan membawa Tesla ke puncak dunia AI? Ataukah ini hanya strategi untuk membuat investor tetap percaya dan harga saham tidak anjlok?

Realita atau Hype Berlebihan?

Dojo dan Cortex milik Elon Musk memang terdengar canggih, tetapi pada akhirnya, kita harus melihat hasil nyata, bukan sekadar presentasi bombastis di AI Day Tesla. Sejarah menunjukkan bahwa Elon Musk adalah maestro dalam menciptakan hype, tetapi tidak semua janji besarnya menjadi kenyataan.

Baca Juga:  Profesor Pisang Indonesia: Tangan Ajaib yang Menginspirasi Dunia

Jika Dojo dan Cortex benar-benar mampu membuat Tesla mencapai Full Self-Driving dalam waktu dekat, maka ini akan menjadi revolusi besar. Tetapi jika ini hanya gimmick marketing, maka kita hanya menyaksikan versi modern dari “raja yang telanjang”—semua orang terpesona dengan retorika tanpa menyadari bahwa produknya belum siap.

Jadi, apakah Dojo dan Cortex milik Elon Musk adalah masa depan AI atau hanya mitos teknologi? Biarkan waktu yang menjawab. Tapi satu hal pasti: kalau ada yang bisa menjual impian dengan harga premium, itu pasti Elon Musk.

Terakhir diperbarui: 7 Februari 2025

Kecerdasan Buatan (AI): Apa Itu, Bagaimana Cara Kerjanya, dan Masa Depannya?

Banner Backlink Media
Banner Press Release
Author

Fikiran adalah benih, tulisan adalah bunga yang mekar darinya.

Artikel Terkait
Banner Press Release